Usai Kepergianmu...
Sebenarnya hari itu tak pernah terduga olehku, hari dimana penantian yang penuh drama batin, berubah menjadi perpisahan yang kejam. Ya, sore itu hanya ku coba mencari celah waktu saat kau sedang tak bersama kesibukanmu. Niatku hanya bertanya apa yang selama ini menjadi pertanyaanku untukmu.
Namun ternyata salah, tanyaku membuatmu yang telah berubah menjadi lebih berubah dan sangat berubah. Sebenarnya aku kecewa dengan apa yang telah ku lakukan. Andai saja pertanyaan-pertanyaan curiga itu tak terlontar, pasti kau takkan pernah memisahkan jarak yang ada pada kita saat itu menjadi lebih berjarak karena kata perpisahan.
Pintamu tuk berpisah semata-mata mungkin karena kau enggan melihatku merengek untuk dapatkan perhatianmu yang dulu kembali. Mungkin kau berbelas kasih padaku yang selama ini kau sisihkan karena sibukmu. Kau mungkin tak ingin membuatku lebih terpuruk dan sedih akan adanya perubahan sikapmu. Tapi yang ku butuh bukan perpisahan. Aku hanya butuh perhatianmu yang dulu untukku, tetap dan tak pernah berkurang.
Kau malah membuat keadaanku yang sudah terpuruk menjadi semakin terpuruk karena perpisahan. Bisa saja anggapanmu terhadap perpisahan ini adalah jalan terbaik, tapi bagiku ini bukan yang terbaik. Aku semakin dibutakan oleh kerinduan yang dalam untukmu. Semakin pilu saat ku ingt kenangan yang kau lukis indah di kanvas hidupku.
Aku terjatuh semakin dalam, setiap kali ku buka kembali cerita indah yang ku tulis dengan tinta biruku. Hancur lebur perasaanku mengingat dirimu tak lagi ada setiap kali ku membutuhkanmu. Rinduku seakan tak terbendung lagi. Berkali-kali ku coba biasa saja menghadapi rindu ini. Mencoba tetap tenang tanpa tetesan air mata. Tapi apa yang ku dapat? Rasa rinduku malah bertambah berkali lipat.
Rasa penasaran yang ada padaku tak kunjung teredam. Ke-ingintahuanku akan apa yang kau rasakan seusai akhir cerita kita, membuatku pilu. Seolah otakku tak henti bertanya, apa kau merasakan rindu sedalam yang ku rasa? Apa kau merasakan kehancuran yang merusak seluruh organ tubuhnu? Apa kau merasa kehilangan separuh nafas dalam hidupmu? Apa kau pernah meneteskan air mata sedihmu untukku?
Entah...yang ku rasa semakin hari aku semakin pilu. Begitu lamanya aku berada dalam kerinduan, yang inginnya ku lepaskan saat bertemu-mu. Begitu lamanya aku meneteskan air mata pertanda kelemahanku. Bagaimana bisa aku melupakan kenangan itu? Meskipun kenangan itu hanyalah kenangan singkat.
Hari demi hari ku lalui, sekiranya kau tahu, keterpurukan ini semakin menyiksaku. Berharap ada satu pertemuan kecil di antara kita. Dan kurasa Tuhan mendengarnya, Tuhan mempertemukan kita. Walau belum sempat ku menyapa, tapi ku rasa bahagia. Mungkin memang benar bahwa ini hanya masalah waktu. Dimana aku harus melewati rintangan untuk bertemu denganmu. Rintangan waktu dan perasaan.
Kali ini aku berpikir yang sama. Setelah pertemuan singkat itu, aku mencoba bersabar menantikan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Ingin ku melihat dimatamu, masihkah ada cinta dan binar yang sama di mata itu?
Terkadang ku sesali saat kau meminta ku menjadi bagian cerita hidupmu. Andai saat itu tak pernah terjadi, mungkin cerita piluku tak tertuliskan. Aku di butakan keterpurukan, yang seharusnya pun tak kulakukan hingga sejauh ini. Terlampau batas apa yang ku lakukan saat ini. Mungkin terlalu sedih, terlalu manis, terlalu singkat. Terlebih terlalu sakit saat kau mengakhiri ceritaku tanpa pertemuan dan perbincangan di antara kita.
Apa kau merindukanku?
Apa kau menangis saat melepasku?
Apa kau ingin bertemu?
*Maaf yaa kalau ceritanya terlalu sedih dan mengada-ada hehe Komentarnya ya trima kasih
ah mosok dul??? :p
BalasHapushe'e mut ciyus ah :p
BalasHapus