Berat... Meletakkan rindu di tenpat paling tersembunyi Kala terang ditutup riang Kala petang ditutup muram Berat... Mengantongi sekecil-kecilnya kenangan Membawanya dengan hasrat ingin dimusnahkan Debur ombak mengusik, semakin kutelisik ternyata rindu membisik Berat... Mengurangi yang besar Membiasakan yang benar Melakoni yang sukar Berat... Kepalaku berisik, buat semakin terusik Ada tawa terbahak di pikiran Sendu melagu di telinga -Pena Biru-
lama sudah sepertinya tidak merasakan sakit yang sedalam ini nafasku tercekat, sulit menarik sedalam-dalamnya hembusan selalu dengan penuh paksa saling menyakiti adalah sakit yang tak terdefinisi keputusan demi keputusan yang dibuat tidak bersama logika, kini menghasilkan akhir yang pedih menyayangi saja tak cukup jatuh cinta adalah syarat paling utama jangan sampai ada hati tersiksa jangan ada keterpaksaan yang buat merana sekali salah takkan bisa kembali jangan ambil resiko untuk pengabdian terpanjang seumur hidup jangan berjalan dengan keterpaksaan -Pena Biru-
Aku menulis, seperti masuk ke dalam jurang aksara Dalam, hingga sesak tenggorokan terasa Angin membawa hembus nafas kenangan memilukan Bersama kawan seperjuangan, mencari arti rasa dalam tiap aksara Aku menulis, hingga lelah menangis Mengukir setiap senang dan sedih, yang kini senang pun menyedihkan Tak dibersamai kawan seperjuangan adalah hampa Biasanya, berbagi cerita seperti obat, candu Aku menulis, apa-apa yang menyesakkan dan menyisakan di dalam dada Menjadi sok puitis adalah jalan ninja Padahal, pecah tangis benar-benar ada Terisak, sakit, bercerita pada angin yang kurasa menghadirkan sosoknya Aku menulis, menitipkan pesan Pada kawan yang jauh mencapai tujuan Menyedihkan diri mengapa miliki hati yang runyam, rapuh pada kenangan Mengaburkan rindu yang masih dan akan terus datang, pada kawan seperjuangan -Pena Biru- 21 Juli 2025
komentar ah
BalasHapusLho mbaknya masih aktif to
Hapus